Jumat, 10 Februari 2017

Hubungan pengetahuan dan sikap orang tua dengan pelaksanaan terapi interaksi sosial pada anak autis di Yayasan BIMA Padang

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang tua selalu berkeinginan anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik yang dapat membahagiakan kelak. Adakalanya anak tidak dapat tumbuh dan berkembang seperti yang di harapkan, anak seakan hidup dalam dunianya sendiri dan menjauh ketika di dekati seolah terganggu dengan kehadiran orang lain dan sekelilingnya termasuk orang tua. Gejala ini dalam dunia kedokteran di sebut sebagai autisme ( Yanuar Hadiyanto,2003 ).
Autisme merupakan salah satu kelompok dari gangguan pada anak yang di tandai munculnya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, komunikasi, ketertarikan pada interaksi sosial dan prilakunya. Seperti misalnya anak mengalami kegagalan untuk bertatap mata, tidak berekspresi, ketidak mampuan mencari teman untuk berbagi kesenangan, berempati dan membaca emosi orang lain. Hal ini merupakan gangguan interaksi social yang sebagian di derita oleh anak autis.( Galih, 2008 ) .
Usia 0-3 tahun merupakan masa rawan bagi perkembangan anak, peran orang tua dan lingkungan sangat penting dalam mencegah kegagalan perkembangan anak. Pada masa ini lah orang tua memberikan kasih sayangnya kepada anak. Akan tetapi, alangkah baiknya bila orangtua juga memberi informasi dan kesempatan seluas – luasnya untuk memperkaya pengalaman dan pengetahuannya.(d.s.prasetyono,2008).
Penyandang autisme di dunia kini cenderung meningkat. Penelitian terakhir dari Autism Reseach Centre of Cambridge University menyebutkan ada 58 anak autis per 10.000 kelahiran. Padahal, sekitar 10 tahun lalu hanya ada sekitar 2-4 anak autis per 10.000 kelahiran, sehingga di Indonesia diperkirakan lahir 6.900 anak autis per tahun (Archadi,2009).
Michael ( 2009 ) Peneliti dari University of Cambridge yang melakukan penelitian dengan scan otak yang canggih menemukan bahwa ada bagian otak penderita autis yang memang tidak mengenali kesadaran tentang dirinya sendiri. Akibatnya, jangankan untuk berkomunikasi, untuk mengenali kesadaran terhadap pribadinya saja, penderita sudah kesulitan. Scan otak canggih yang didapatkan peneliti menunjukkan penderita autis terlihat kurang aktif bila terlibat dalam hal pemikiran tentang kesadaran diri. Penelitian ini telah menunjukkan adanya masalah pada penderita autis yaitu dalam hal kesulitan memikirkan sesuatu dan membuat rasa mengenai dirinya sendiri dan orang lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa otak autis harus bekerja keras dalam memproses informasi mengenai dirinya sendiri, sedangkan untuk menjelajahi interaksi sosial dengan orang lain diperlukan usaha yang lebih keras lagi.
Hasil cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita tahun 2008, di 19 kabupaten kota didapatkan 381.933 jumlah anak balita. Dikota Padang sendiri didapatkan 69.319 jumlah anak balita ( pra sekolah ), 2.793 ( 4,03 % ) jumlah anak balita yang diperiksa tumbuh kembang nya ( Bidang PKK Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat ).
Sumatera barat khusus nya kota padang sampai saat ini belum ada data yang resmi. Tapi dari survey yang dilakukan di Yayasan BIMA padang bahwa peningkatan autisme terus saja bertambah, terbukti dengan adanya penambahan jumlah anak penderita sindrom autisme di salah satu yayasan yaitu Yayasan Bina Mandiri Anak ( BIMA ) Padang. Menurut Mulyana S.pd ( Kepala sekolah Yayasan BIMA padang ) dan beserta arsip yang ada di BIMA Padang, dari tahun ke tahun jumlah anak autis bertambah sebanyak ± 8 orang dan sekarang berjumlah 61 anak. Ke 61 anak tersebut mengalami gangguan dalam bidang tertentu termasuk yang paling banyak dalam bidang komunikasi dan interaksi social. Kebanyakan anak autis di Yayasan BIMA Padang mengalami gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain terutama pada prilaku interaksi sosial yang tidak tepat.
Berdasarkan studi awal yang peneliti lakukan di Yayasan BIMA Padang pada tanggal 20 Januari 2010. Penulis mendapatkan data dari arsip yayasan BIMA Padang tahun 2009 , terdapat ± 61 orang anak penderita autis , 30 orang masih aktif mengikuti terapi ,19 orang anak tidak aktif semenjak kejadian gempa Padang 30 september 2009 yang lalu sedangkan 12 orang lagi berhasil sekolah di sekolah umum.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang tua anak yang mengikuti terapi pada tanggal 26 januari 2010, didapatkan bahwa 4 orang tua mengetahui tentang pelaksanaan terapi interaksi soial dan 6 orang tua tidak mengetahui pelaksanaan terapi interaksi social. Dan 7 dari 10 orang tua tersebut tidak mengetahui bagaimana sikap dalam pelaksanaan terapi interaksi sosial.
Uraian di atas menunjukkan kurangnya informasi tentang penanganan anak auitis dan pelaksanaan terapi interaksi sosial . Dengan kondisi latar belakang orang tua yang sebagian tidak begitu mengetahui bagaimana pengetahaun dan sikap orang tua yang seharusnya dalam pelaksanaan terapi pada anak autisme. Sedangkan tingkat pengetahuan terapi terhadap orang tua sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan terapi anak autis khusunya pada anak yang mengalami gangguan interaksi social. Selain itu sikap dan tindakan orang tua sangat berpengaruh terhadap kemajuan anak autisme. Karna anak – anak autisme berhak mendapatkan kesempatan untuk meraih masa depan yang lebih baik ( Puspita,2008 ) Dalam kehidupan keluarga anak merupakan sumber kebahagiaan dan penerus bagi sebuah keluarga, bahkan juga ikut menentukan masa depan sebuah bangsa (Yanuar Hadiyanto,2003).
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap orang tua dengan pelaksanaan terapi interaksi sosial pada anak autis di Yayasan Bina Mandiri Anak ( BIMA ) Padang tahun 2010.
B. Perumusan Masalah
Adapun masalah pada penelitian ini adalah: Apakah ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orangtua dengan Pelaksanaan Terapi Interaksi Sosial Pada Anak Autis di Yayasan BIMA Padang tahun 2010.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orangtua dengan Pelaksanaan Terapi Interaksi Sosial pada Anak Autis di Yayasan BIMA Padang tahun 2010.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan orang tua tentang pelaksanaan terapi interaksi sosial pada anak autis.
b. Untuk mengetahui distribusi sikap orang tua tentang pelaksanaan terapi interaksi sosial pada anak autis.
c. Untuk mengetahui distribusi pelaksanaan terapi interaksi sosial tentang anak autis
d. Untuk mengetahui Hubungan pengetahuan Orangtua dengan Pelaksanaan Terapi Interaksi Social pada anak Autis.
e. Untuk mengetahui Hubungan Sikap Orangtua dengan Pelaksanaan Terapi Interaksi Sosial pada anak Autis.
D. Manfaat penelitian
1. Memberikan konstribusi data objektif kepada Yayasan BIMA Padang dalam pemberian terapi pada anak autisme dan institusi lain yang bergerak dalam bidang pendidikan untuk anak autisme.
2. Sebagai masukan bagi terapis dan orang tua dalam memberikan tindakan terhadap anak autisme.
3. Sebagai penambah wawasan tentang tumbuh kembang anak bagi peneliti, khususnya mengenai auitisme sehubungan semakin meningkatnya angka kejadian autisme di Indonesia.
E. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini direncanakan akan di laksanakan pada bulan Mei – Juni Tahun 2010 mendatang di Yayasan BIMA Padang, untuk dapat mengetahui Hubungan dan sikap orang tua dengan pelaksanaan terapi interaksi social pada anak autis. Metode penelitian ini menggunakan cara deskriptif analitik dengan pendekatan cros secsional dimana variable independennya adalah hubungan dan sikap orang tua sedangkan variable dependennya pelaksanaan terapi interaksi social pada anak autis, metode pengolahan data yang dilakukan dengan pengujian statistika yaitu dengan uji Chi square. dengan jumlah 30 responden yang mempunyai anak yang masih aktif mengikuti terapi di Yayasan BIMA Padang.Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuisioner dan lembaran observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak Autis yang masih Aktif di Yayasan BIMA Padang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan masukan coment anda freind, baik positif maupun negatif.cZ itu sngat bermanfaat bagi saya.
Thnks.